Review Jurnal Bahasa Indonesia 1
Review Jurnal :
Judul
|
PENGARUH PERILAKU
KEPEMIMPINAN BERORIENTASI HUBUNGAN, PROMOSI JABATAN DAN LINGKUNGAN KERJA
FISIK TERHADAP KINERJA PEGAWAI NEGEI SIPIL PADA DINAS PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN KABUPATEN MALUKU TENGAH
|
Jurnal
|
Manis
|
Volume & Halaman
|
Volume 2,No.1
|
Tahun
|
2018
|
Penulis
|
Ferdi Leuhery dan Agnes Jeane Manuhutu
|
Reviewer
|
Jeviana (1721200080)
|
Tanggal
|
22 Juni 2019
|
|
|
Latar Belakang
|
Kepemimpinan
tercermin dari sebuah perilaku pemimpin yang menunjukan sikap, pola tingkah
laku dalam mempengaruhi para bawahannya serta mengkoordinasikan tugas kerja
masing- masing pegawai. Perilaku kepemimpinan yang dibentuk dari sikap dan
pola tingkah laku haruslah didukung dengan adanya hubungan yang baik diantara
pimpinan dan bawahan maupun sesama bawahan.
Robbins (1996) mengemukakan bahwa perilaku kepemimpinan
adalah perilaku spesifik yang dapat membedakan pemimpin dari bukan pemimpin,
sementara itu Bass (1990), menjelaskan bahwa perilaku kepemimpinan sebagai
hasil dari performa dua fungsi, yaitu fungsi tugas dan fungsi hubungan.
Perilaku kepemimpinan yang berorientasi hubungan difokuskan pada kualitas
dari hubungan dengan pengikut, sedangkan perilaku kepemimpinan yang
berorientasi tugas adalah tertuju pada tugas-tugas yang harus diselesaikan
bawahan. Kedua pendapat diatas diperkuat dengan penelitian yang dikemukakan
oleh MacKenzie dan Podsakoff (2001) dimana perilaku kepemimpinan yang
berorientasi hubungan berkorelasi positif dengan kinerja. Hal ini dapat
dimaksudkan bahwa perilaku kepemimpinan yang berorientasi hubungan memberikan
kontribusi tinggi dalam memprediksi outcomes
bawahan dibandingkan
kepemimpinan berorientasi tugas.
Perilaku kepemimpinan orientasi hubungan perlu didukung
juga oleh indikator pengukuran yang menjadi acuan utama dalam menentukan
perilaku kepemimpinan seorang pemimpin pada suatu institusi atau lembaga atau
organisasi baik pemerintahan atau swasta.. Menurut Bass dan Avolio (1995)
indikator perilaku kepemimpinan berorientasi hubungan terdiri dari ; (1) Idealized influence/attributed adalah pemimpin yang menanamkan kebanggaan dan
membangun rasa percaya diri bawahan, (2) Idealized
influence/behaviors adalah pemimpin yang
menekankan makna kolektif dari misi dan berbicara tentang nilai-nilai dan
keyakinan, (3) Inspirational
motivation adalah pemimpin yang
mampu mengekspresikan rasa antusiasme, optimisme dan keyakinan diri, (4) Intellectual stimulation adalah pemimpin yang mau mengembangkan, melatih
dan mengajari bawahan dan, (5) Individualized
considerations adalah pemimpin
yang mau mengakui prestasi bawahan dan menjelaskan harapan – harapan bawahan.
Indikator Inspirational
motivation atau pemimpin yang
mampu mengekspresikan rasa antusiasme, optimisme dan keyakinan diri artinya
seorang pemimpin harus menciptakan suasana yang dapat meningkatkan
kreatifitas, rasa antusias dan optimis para bawahan dalam menyelesaikan
tugas. Sedangkan indikator Intellectual
stimulation atau pemimpin yang
mau mengembangkan, melatih dan mengajari bawahan artinya seorang pemimpin
harus mampu dan mau meluangkan waktu untuk mempelajari aspirasi bawahan,
berusahan mengembangkan, melatih dan mengajari para bawahan dalam
menyelesaikan tugas. Indikator Individualized
considerations atau pemimpin
yang mau mengakui prestasi bawahan dan menjelaskan harapan – harapan bawahan
artinya Seorang pemimpin dengan rendah hati mau mengakui prestasi yang
dimiliki para bawahan dan dapat memberikan apresiasi kepada bawahan.
Promosi jabatan merupakan perpindahan yang memperbesar authority dan responsibility karyawan ke jabatan yang lebih tinggi di dalam
satu organisasi sehingga kewajiban, hak, status dan penghasilannya semakin
besar (Hasibuan 2002,107). Indikator promosi jabatan antara lain Pengalaman,
kecakapan, pangkat/golongan yang dimiliki dan disiplin. Pengalaman artinya
promosi yang dilaksanakan berdasarkan pengalaman kerja pegawai. Kecakapan
artinya pegawai yang dipromosikan berdasarkan penilaian
Jurnal Manis Volume 2 Nomor 1, Januari 2018
kecakapan yaitu total dari semua keahlian yang diperlukan
untuk mencapai hasil yang bisa dipertanggung jawabkan. Golongan/Pangkat yang
dimiliki harus sesuai dengan promosi jabatan yang diberikan. Sedangkan
disiplin artinya pegawai yang diberikan promosi harus disiplin pada dirinya,
tugas-tugasnya, serta mentaati peraturan yang berlaku dalam organisasi.
Mardiana (2005:15) Lingkungan Kerja adalah lingkungan
dimana pegawai melakukan pekerjaannya sehari – hari. Lingkungan kerja yang
kondusif memberikan rasa aman dan memungkinkan para pegawai untuk dapat
bekerja optimal. Lingkungan kerja yang kondusif akan membawa dampak positif
bagi kelangsungan pekerjaan pegawai sebaliknya lingkungan kerja yang kurang
kondusif akan membawa dampak negatif bagi kelangsungan pekerjaan pegawainya.
Terciptanya lingkungan kerja yang nyaman, aman dan menyenangkan merupakan
salah satu bagian dalam organisasi untuk dapat meningkatkan kinerja para
pegawai. Indikator lingkungan kerja fisik terdiri atas sirkulasi udara, suasana
ruang kerja, kebersihan, peralatan kantor. Sirkulasi udara di tempat kerja
harus bersih, segar dan sejuk akan membantu pegawai setelah lelah bekerja.
Suasana ruang kerja seperti penerangan/ cahaya yang baik di tempat kerja,
ketenangan dalam bekerja. adanya ruangan yang bersih, warna ruang kerja yang
cerah, fasilitas yang tersedia.
|
Metode Penelitian
|
Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian survey. Penelitian ini berupaya
menjelaskan hubungan antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis
(Singarimbun dalam Singarimbun dan Effendi, Ed., 1999). Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif, karena secara umum data dianalisis serta
disajikan dalam bentuk angka-angka yang dihitung melalui uji statistik. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data “cross section”. B. Lokasi
Penelitian
Lokasi penelitian yang akan diteliti adalah Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Maluku Tengah, sedangkan
Obyek yang akan diteliti adalah menganalisa bagaimana pengaruh perilaku
kepemimpinan berorientasi hubungan, promosi jabatan, lingkungan kerja fisik
terhadap kinerja pegawai pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Maluku Tengah.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Polulasi
digunakan untuk menyatakan kumpulan (totalitas) dari semua unit statistik
yang menjadi objek pengamatan. Populasi dalam penelitan ini adalah pegawai
pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Maluku Tengah, lebih fokus
pada pegawai yang berjumlah 113 Orang.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini, sebanyak 92
responden yang
dikategorikan sebagai staf pegawai pada Dinas Penididikan
dan Kebudayaan Kabupaten Maluku Tengah dan tidak termasuk dalam jabatan
struktural instansi terkait dengan Teknik purposive sampling yaitu untuk
menentukan sampel penelitian dengan beberapa pertimbangan tertentu yang
bertujuan agar data yang diperoleh nantunya bisa lebih representatif.
D. Jenis Dan Sumber Data
Dalam melakukan penelitian ini, jenis data yang digunakan
adalah:
1. Data primer, adalah data yang dihasilkan untuk
memenuhi kebutuhan penelitian yang sedang ditangani (Istijanto 2006). Data
ini dikumpulkan secara langsung dari lapangan, yang diperoleh dengan cara
melakukan pengamatan, distribusi quesioner, survei serta wawancara. 2. Data
sekunder, adalah data yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi pula data
yang telah tersedia dalam perusahan seperti data jumlah karyawan.
E. Hipotesis H1: Perilaku Kepemimpinan Berorientasi
Hubungan Berpengaruh Positif dan Signifikan Terhadap Kinerja Pegawai H2 :
Promosi Jabatan Berpengaruh Positif dan Signifikan Terhadap Kinerja Pegawai
H3 : Lingkungan Kerja Fisik Berpengaruh Positif dan Signifikan Terhadap
Kinerja Pegawai.
Jurnal Manis Volume 2 Nomor 1, Januari 2018
20 F. Uji
Instrument Penelitian Uji
Validitas
Validitas instrumen dilakukan dengan cara mengkorelasikan
skor jawaban yang diperoleh pada setiap item dengan skor total dari
keseluruhan item.Valid tidaknya suatu item instrumen dapat diketahui dengan
membandingkan indeks korelasi product
moment pearson (Singarimbun
& Effendi, 1995) dengan level
of Significant 5% terhadap
nilai korelasinya. Bila signifikansi hasil korelasi lebih kecil dari 0,05
maka dinyatakan valid dan sebaliknya dinyatakan tidak valid. Rumus Pearson
dengan korelasi Product Moment yaitu :
Dimana:
r = koefisien korelasi. N = jumlah sampel. X = variabel independent. Y = variabel dependent. Jika t hitung
> t tabel,
berarti valid Jika t hitung < t tabel, berarti tidak valid
Pengujian validitas dalam penelitian ini akan dilakukan
dengan menggunakan program Statistical Product and Services Solutions (SPSS)
21 for Windows dengan menggunakan Construct
Validity.
Perilaku Kepemimpinan Berorientasi Hubungan X1
Promosi Jabatan X2
Uji Reliabilitas Untuk menguji
reliabilitas data maka digunakan rumus Alpha Cronbach. Dalam pengujian ini,
uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan cronbach alpha. Kalkulasi Cronbach Alpha memanfaatkan bantuan SPSS, dan batas
kritis nilai apha untuk mengindikasikan kuesioner yang reliable adalah 0,60.
Jadi nilai cronbach alpha > 0,60 merupakan indicator bahwa kuesioner
tersebut reliable/handal (Nunnally, 1967 dalam Ghozali,2006). Untuk menguji
reliablitas digunakan Rumus Alpha Cronbach (Maholtra, 2005) yaitu : = ⌈ │⌊( k-
) ⌉ │⌋Keterangan : r ∑ 11bσ
2= =
reliabilitas jumlah varians instrumen butir k = banyaknya butir pernyataan σ 2t=
varians total
Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini akan
dilakukan dengan menggunakan program Statistical
Product and Services Solutions (SPSS)
for Windows.
G. Analisa Data
Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif dimaksukan untuk mengetahui
distribusi
⌈ ││⌊- ∑
b tr 11 k 1 1 σ σ2
2
⌉ ││⌋
Kinerja Y
Jurnal Manis Volume 2 Nomor 1, Januari 2018
frekuensi jawaban responden dari hasil kuisioner. Yaitu
dengan cara mengumpulkan data dari hasil jawaban responden, selanjutnya
ditabulasi dalam Tabel dan lakukan pembahasan secara deskriptif. Ukuran
deskriptif adalah pamberian angka, baik dalam jumlah responden (orang)
beserta nilai rata-rata jawaban responden maupun presentase.
Statistik Inferensial
Statistik Inferensial digunakan untuk pengujian hipotesis
dengan taraf nyata tertentu.Adapun untuk menguji hipotesis dalam penelitian
ini adalah Analisis Regresi Berganda adalah suatu teknik ketergantungan.
Sehingga variable yang akan dibagi menjadi variable terikat (Y) dan variable
bebas (X). Analisis ini menunjukkan bahwa variable terikat akan bergantung
(terpengaruh) pada lebih dari satu variable bebas.
21 Bentuk analisis multiple regresi ini adalah
(Sulaiman,2004):
Y = a+b1X1+b2X2+b3X3+e
Keterangan:
Y = Variabel terikat yaitu Kinerja Pegawai X1 = Variabel
bebas yaitu Perilaku Kepemimpinan Berorientasi Hubungan
X2 = Variabel bebas yaitu Promosi
Jabatan X3 = Variabel bebas yaitu Lingkungan
|
Teori
|
Analisis Regresi Variabel
|
Pembahasan
|
Perilaku Kepemimpinan
Berorientasi
Hubungan
Perilaku Kepemimpinan menurut Politics
(2005) adalah tingkat sampai mana seorang pemimpin akan menetapkan dan
menyusun perannya dan peran bawahannya dalam usaha mencapai tujuan. Sedangkan
Koontz dan O’Donnel (1981) mengartikan perilaku kepemimpinan adalah upaya
mempengaruhi orang – orang untuk ikut dalam pencapaian tujuan bersama. Karena
pemimpin selalu berhubungan dengan bawahannya, maka bawahan sangat
memperhatikan bagaimana pemimpin memperlakukan mereka.
Menurut Sutarto dalam Tohardi (2002)
mengatakan pendekatan perilaku kepemimpinan berlandaskan pemikiran bahwa
keberhasilan dan kegagalan pemimpin ditentukan oleh gaya bersikap dan
bertindak seorang pemimpin yang bersangkutan. Gaya dan sikap bertindak akan
tampak dari cara memberi perintah, cara memberikan tugas, cara berkomunikasi,
cara membuat putusan, cara mendorong semangat kerja pegawai, cara
Jurnal Manis Volume 2 Nomor 1, Januari 2018
memberikan bimbingan, cara menegakkan disiplin, cara
mengawasi pekerja bawahan, cara meminta laporan bawahan, cara memimpin rapat,
cara menegur kesalahan bawahan dan lain-lain.
Perilaku yang berorientasi pada hubungan berkorelasi
dengan kepemimpinan yang efektif termasuk memperlihatkan kepercayaan dan rasa
dipercaya, bertindak ramah tamah, dan penuh perhatian, mencoba untuk mengerti
masalah bawahan, membantu untuk mengembangkan para bawahan dan meningkatkan
karir mereka, selalu memberi informasi kepada bawahan, memperlihatkan
apresiasi terhadap ide – ide para bawahan, memberi pengakuan terhadap
kontribusi dan keberhasilan baawahan.
Perilaku pemimpin yang berorientasi pada hubungan,
ditunjukkan dengan adanya perhatian yang cukup besar dari seorang pemimpin
yang selalu membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi para
bawahannya, tujuannya adalah agar para bawahan yang terkena masalah, merasa
tenang dalam bekerja, sehingga bawahan tersebut tetap menunjukkan kinerja
pada tingkat tinggi. (Jenzen dan Luthans, 2006).
Terdapat 4 (Empat) Tipe perilaku kepemimpinan menurut
Hersey and Blanchard dalam Robbins (1996) yaitu
1. Telling(mengatakan) – orientasi tugas tinggi – hubungan
rendah artinya pemimpin mendefenisikan peran dan memerintahkan kepada
orang-orangnya apa, bagaimana, kapan dan dimana melakukan berbagai tugas.
Perilaku ini menekankan pada perilaku pengarah (direktif) 2. Selling (menjual) – orientasi tugas tinggi – hubungan tinggi artinya
pemimpin memberikan perilaku pengarah maupun perilaku dukungan. 3. participating (berperan-serta) – orientasi tugas rendah – hubungan tinggi artinya
pemimpin dan
15 pengikut bersama – sama mengambil keputusan, dengan peran
utama dari pemimpin adalah mempermudah dan berkomunikasi. 4. delegating (mendelegasikan) – orientasi tugas rendah – hubungan rendah artinya
pemimpin memberikan sedikit pengarahan dan dukungan. Kepemimpinan
berorientasi hubungan diukur melalui 5 (lima) dimensi, meliputi :
1. Idealized
influence/atributedadalah
pemimpin yang menanamkan kebanggaan dan membangun rasa percaya diri bawahan.
2. Idealized influence/behaviors
adalah pemimpin yang menekankan
makna kolektif dari misi dan berbicara tentang nilai-nilai dan keyakinan 3. Inspirational motivation adalah pemimpin yang mampu mengekspresikan rasa
antusiasme, optimisme dan keyakinan diri 4. Intellectual stimulation adalah
pemimpin yang mau mengembangkan, melatih dan mengajari bawahan dan 5. Individualized considerations adalah pemimpin yang mau mengakui prestasi
bawahan dan menjelaskan harapan – harapan bawahan.
B. Promosi Jabatan
Promosi Jabatan menurut Siagian (2009:169) adalah
pemindahan pegawai atau karyawan dari suatu jabatan atau tempat kepada
jabatan atau tempat yang lebih tinggi serta diikuti oleh tugas, tanggung
jawab dan wewenang yang lebih tinggi dari jabatan yang diduduki sebelumnya
dan pada umumnya promosi diikuti dengan peningkatan income atau pendapatan
serta fasilitas yang lain. Penghargaan atas hasil kinerja biasanya dinyatakan
dalam bentuk promosi jabatan.
Menurut Hasibuan (2012:108) Promosi Jabatan berarti
perpindahan yang
Jurnal Manis Volume 2 Nomor 1, Januari 2018
16 memperbesar wewenang dan tanggung jawab ke jabatan yang
lebih tinggi di dalam suatu organisasi yang diikuti dengan kewajiban, hak,
status, dan penghasilan yang lebih besar. Sejalan dengan pendapat Samsudin
(2006:246) mengatakan bahwa promosi jabatan berarti perpindahan dari suatu
jabatan ke jabatan lain yang mempunyai status dan tanggung jawab yang lebih
tinggi.
Promosi dan Pengangkatan PNS dalam jabatan administrasi
dan jabatan fungsional diatur dalam Undang – Undang Nomor 5 Tahun 2014
Tentang Aparatur Sipil Negara. Dalam Pasal 72 ayat (1) dikatakan bahwa
promosi PNS dilakukan berdasarkan perbandingan objektif antara kompetensi,
kualifikasi, dan persyaratan yang dibutuhkan oeleh jabatan, penilaian atas
prestasi kerja, kepemimpinan, kerja sama, kreativitas, dan pertimbangan dari
tim penilai kinerja PNS pada instansi pemerintah, tanpa membedakan jender,
suku, agama, ras dan golongan.
Pedoman yang dijadikan dasar untuk mempromosikan karyawan
menurut Hasibuan (2002:109) adalah : a. Pengalaman (senioritas)
Pengalaman (senioritas) yaitu promosi yang didasarkan
pada lamanya pengalaman kerja karyawan. Pertimbangan promosi adalah
pengalaaman kerja seseorang, orang yang terlama bekerja dalam perusahaan
mendapat prioritas pertama dalam tindakan promosi. Kebaikannya adalah adanya
penghargaan dan pengakuan bahwa pengalamaan merupakan saka guru yang berharga. Dengan pengalaman, seseorang akan dapat
mengembangkan kemampuannya sehingga karyawan tetap betah bekerja pada
perusahaan dengan harapan suatu waktu ia akan dipromosikan. Kelemahannya
adalah seseorang karyawan yang kemampuannya sangat terbatas, tetapi karena
sudah lama bekerja tetap dipromosikan. Dengan demikian, perusahaan akan
dipimpin
oleh seseorang yang berkemampuan rendah, sehiingga
perkembangan dan kelangsungan perusahaan disangsikan. b. Kecakapan (ability)
Kecakapan (ability) yaitu seseorang akan dipromosikan
berdasarkan penilaian kecakapan. pertimbangan promosi adalah kecakapan, orang
yang cakap atau ahli mendap;at prioritas pertama untuk dipromosikan.
Kecakapan adalah total dari semua keahlian yang diperlukan untuk mencapai
hasil yang bisa dipertanggungjawabkan. c. Kombinasi pengalaman dan kecakapan
Kombinasi pengalaman dan kecakapan yaitu promosi yang berdasarkan pada
lamanya pengalaman dan kecakapan . Pertimbangan promosi adalah berdasarkan lamanya
dinas, ijazah pendidikan formal yang dimiliki, dan hasil ujian kenaikan
golongan. jika seeorang lulus dalam ujian maka hasil ujian kenaikan
dipromosikan. Cara ini adalah dasar promosi yang terbaik dan paling tepat
karena mempromosikan orang yang bepengalaman dan terpintar, sehingga
kelemahan promosi yang hanya berdasarkan pengalaman.
Persyaratan promosi menurut Hasibuan (2008:111) adalah
sebagai berikut : 1. Kejujuran
Karyawan harus jujur terutama pada diri sendiri,
bawahannya, perjanjian- perjanjian dalam menjalankan atau mengelola jabatatan
tersebut, harus sesuai kata dan perbuatannya. Dia tidak menyelewengkan
jabatannya untuk kepentingan pribadi. 2. Disiplin
Karyawan harus disiplin pada dirinya sendiri, tugas –
tugasnya, serta menaati peraturan – peraturan yang berlaku baik tertulis
maupun kebiasaan. 3. Prestasi Kerja
Karyawan mampu mencapai hasil kerja yang dapat
dipertanggungjawabkan kualitas maupun kuantitas dan bekerja secara efektif
dan efisien. 4. Kerja Sama
Jurnal Manis Volume 2 Nomor 1, Januari 2018
Karyawan dapat bekerja sama secara harmonis dengan
sesaama karyawan baik secara horizontal maupun vertikal dalam mencapai
sasaran perusahaan/organisasi. Dengan demikian, akan tercipta suasana
hubungan kerja yang baik diantara semua karyawan. 5. Kecakapan
Karyawan harus cakap, kreatif dan inovatif dalam
menyelesaikan tugas- tugas pada jabatannya dengan baik. Karyawan dapat
bekerja secara mandiri tanpa mendapat bimbingan yang terus menerus dari
atasannya. 6. Loyalitas
Karyawan harus loyal terhadap perusahaan atau organisasi
dimana dia bekerja karena dengan memiliki loyalitas yang tinggi diharapkan
mampu memiliki tanggung jawab yang lebih besar. 7. Kepemimpinan
Karyawan yang dipromosikan harus mampu membina dan
memotivasi bawahannya untuk bekerja sama dan bekerja secara efektif dalam
mencapai tujuan perusahaan/organisasi. Dia harus menjadi panutan dan
memperoleh persoanlity authority
yang tinggi dari bawahannya. 8.
Komunikatif
Karyawan itu dapat berkomunikasi secara efektif dan mampu
menerima atau mempersepsi informasi/masukan dari atasan maupun bawahannya
dengan baik, sehingga tidak terjadi miskomunikasi. 9. Pendidikan
Karyawan harus telah memiliki ijazah dari pendidikan
formal sesuai dengan spesifikasi jabatan.
C. Lingkungan Kerja Fisik
Menurut Barry Render dan Jay Heizer (2002:239),
lingkungan kerja merupakan lingkungan fisik tempat karyawan bekerja yang
mempengaruhi kinerja, keamanan dan mutu kehidupan kerja mereka. Lingkungan
kerja merupakan
17 keseluruhan sarana dan prasarana kerja yang ada di
sekitar karyawan yang sedang melakukan pekerjaan yang dapat mempengaruhi
pelaksanaan pekerjaan itu sendiri (Gouzali saydam, 2000:266).
Lingkungan Kerja Fisik menurut Sedarmayanti (2009:22)
adalah semua yang terdapat disekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi
pegawai baik secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan kerja fisik
terbagi atas dua kategori yaitu :
1. Lingkungan yang langsung berhubungan dengan karyawan
(seperti pusat kerja, kursi, meja dan sebagainya. 2. Lingkungan perantara
atau lingkungan umum dapat juga disebut lingkungan kerja yang mempengaruhi
kondisi manusia, misalnya temperatur, kelembaban, sirkulasi udara,
pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau tak sedap, warna dan lain-
lain. Menurut Sarwono
(2005:86) Lingkungan kerja
fisik adalah tempat kerja pegawai melakukan aktivitasnya. Faktor – faktor
fisik ini mencakup suhu udara di tempat kerja, luas ruang kerja, kebisingan,
kepadatan dan kesesakan. Selanjutnya Sarwono (2005:86) mengatakan bahwa
peningkatan suhu dapat menghasilkan kenaikan prestasi kerja tertapi dapat
pula malah menurunkan prestasi kerja. Kenaikan suhu pada batas tertentu
menimbulkan semangat yang merangsang prestasi kerja tetapi setelah melewati
ambang batas tertentu kenaikan suhu ini sudah mulai mengganggu suhu tubuh
yang mengakibatkan terganggunya prestasi kerja. Menurut Sedarmayanti
(2001:146), yang menjadi indikator Lingkungan kerja fisik adalah penerangan,
suhu udara,sirkulasi udara, ukuran ruang kerja, tata letak ruang kerja,
privasi ruang kerja, kebersihan, suara bising, penggunaan warna, peralatan
kantor, keamanan kerja, musik di tempat kerja.
Lingkungan kerja yang menyenangkan akan menghasilkan
hubungan yang positif bagi kinerja dan
Jurnal Manis Volume 2 Nomor 1, Januari 2018
18 pencapaian tujuan organisasi atau perusahaan. Para
karyawan menaruh perhatian yang besar terhadap lingkungan kerja mereka, baik
dari segi kenyamanan pribadi maupun kemudahan melakukan pekerjaan dengan baik.
(Robbins, 2006:36).
D. Kinerja
Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan
kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan
kontribusi pada ekonomi (Amstrong dan Baron yang dikutip oleh Wibowo,2010:7)
Daryanto (1997 : 368), bahwa kinerja kerja adalah sesuatu
yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan maupun kemampuan kerja. Kemampuan
kerja merupakan ukuran yang bisa dipakai untuk mengukur sesorang dalam
melaksanakan pekerjaannya secara baik dan seksama. Sejauh mana kemampuan
seorang pegawai menyelesaikan suatu kegiatan tergantung pada tingkat
pengetahuan, ketrampilan dan keahlian yang dimiliki yang sesuai dengan tugas
pekerjaan yang harus dikerjakan dalam menyelesaikan kegiatan itu.
Kinerja pegawai menurut Mitchel dalam Sedarmayanti
(2001:51) mengemukakan indikator-indikator kinerja yaitu sebagai berikut : 1.
Kualitas Kerja (Quality of work) adalah
kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat
kesesuaian dan kesiapannya yang tinggi pada gilirannya akan melahirkan
penghargaan dan kemajuan serta perkembangan organisasi melalui peningkatan
pengetahuan dan keterampilan secara sistematis sesuai tuntutan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang pesat. 2. Ketetapan Waktu
(Pomptnees) yaitu berkaitan dengan sesuai atau tidaknya waktu penyelesaian
pekerjaan dengan target waktu yang direncanakan. Setiap pekerjaan diusahakan
untuk selesai sesuai dengan rencana agar tidak mengganggu pada pekerjaan yang
lain. 3. Inisiatif (Initiative)
yaitu mempunyai kesadaran diri untuk melakukan sesuatu
dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawab. Bawahan atau pegawai dapat
melaksanakan tugas tanpa harus bergantung terus menerus kepada atasan. 4.
Kemampuan (Capability)
yaitu diantara beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja
seseorang, ternyata yang dapat diintervensi atau diterapi melalui pendidikan
dan latihan adalah faktor kemampuan yang dapat dikembangkan. 5. Komunikasi
(Communication)
merupakan interaksi yang dilakukan olehatasan kepada
bawahan untuk mengemukakan saran dan pendapatnya dalam memecahkan masalah
yang dihadapi. Komunikasi akan menimbulkan kerjasama yang lebih baik dan akan
terjadi hubungan-hubungan yang semangkin harmonis diantara para pegawai dan
para atasan, yang juga dapat menimbulkan perasaan senasib sepenanggungan.
Agus Dharma (2003:355) menyatakan bahwa indikator yang
dapat digunakan dalam mengukur kinerja yaitu sebagai berikut :
1. Kuantitas yaitu jumlah yang harus diselesaikan dan
dicapai. Pengukuran kuantitatif melibatkan perhitungan keluaran dari proses
atau pelaksanaan kegiatan. ini berkaitan dengan jumlah keluaran yang
dihasilkan. 2. Kualitas yaitu mutu yang harus dihasilkan (baik tidaknya).
Pengukuran kualitatif keluaran mencerminkan pengukuran “tingkat kepuasan”,
yaitu seberapa baik penyelesaiannya. ini berkaitan dengan bentuk keluaran. 3.
Ketepatan Waktu, yaitu sesuai tidaknya dengan waktu yang direncanakan.
Pengukuran ketepatan waktu merupakan jenis khusus dari pengukuran kuantitatif
yang menentukan ketepatan waktu penyelesaian suatu kegiatan.
Penelitian Purhanis et el (2014) mengemukakan bahwa
kinerja sebagai hasil kerja dari seseorang pegawai yang secara keseluruhan
akan membentuk kinerja dari
19 suatu organisasi maupun instansi, maka perlu adanya
kesadaran diri dari pegawai untuk meningkatkan kinerjanya.
|
Kelebihan
|
Telah di paparkan dengan baik bagaimana penelitian yang telah
dilakukan,serta lengkapnya data lapangan yang didapat,kejelasan bahasa yang
digunakan sehingga memudahkan dalam memahami isi jurnal sendiri
|
Kekurangan
|
Kurangnya landasan-landasan teori untuk memperkuat hasil penelitian
atau jurnal penelitian atau jurnal yang ada
|
Kesimpulan
|
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dibahas pada bab sebelumnya maka beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Perilaku kepemimpinan berorientasi hubungan
berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja pegawai pada Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan Kabupaten Maluku Tengah. Hipotesis diterima. 2. Promosi
jabatan berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja pegawai pada
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Maluku Tengah. Hipotesis diterima.
3. Lingkungan kerja berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja pegawai pada Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kabupaten Maluku Tengah. Hipotesis diterima.
|
Komentar
Posting Komentar